Tak seorang pun di dunia ini yang mau mengalami masa-masa padang gurun. Masa padang gurun bisa diartikan masa-masa sukar dalam kehidupan kita: ketika rumah tangga sedang menghadapi masalah berat, krisis keuangan, usaha seret dan mau pailit, anak-anak memberontak, sakit-penyakit tak kunjung sembuh dan sebagainya.
Di masa-masa seperti itu banyak dari kita yang tidak tahan: mulai stres, mengeluh, bersungut-sungut dan mulai menyalahkan Tuhan. Sikap ini setali tiga uang dengan bangsa Israel, yang sekalipun mengalami mujizat-mujizat besar dari Tuhan tidak ada henti-hentinya bersungut-sungut dan memberontak kepada Tuhan.
Jika kita memperhatikan lebih teliti lagi, ada keindahan di balik masa padang gurun itu. Justru saat berada di padang gurun inilah bangsa Israel merasakan pengalaman yang luar biasa bersama Tuhan, di mana Tuhan menyatakan mujizatnya secara luar biasa bersama Tuhan, di mana Tuhan ubahkan menjadi tawar; ada tiang awan di waktu siang dan tiang api; Laut Teberau terbelah; ada roti sorga ('manna') dan juga burung puyuh sehingga bangsa Israel tidak mengalami kelaparan, bahkan kasut dan baju mereka bisa bertahan sampai 40 tahun!
Untuk itu, jika kita sedang mengalami masa-masa padang gurun tetaplah kuat dan jangan mengeluh karena ini adalah kesempatan bagi kita melihat mujizat Tuhan dinyatakan. Jadi kita harus dapat memandang 'masa padang gurun' ini dengan cara pandang yang positif karena ini adalah cara Tuhan untuk membentuk dan memproses kita sebelum kita mencapai Tanah Perjanjian atau menikmati berkat-berkat Tuhan.
Memang menjalani masa padang gurun tidak mudah, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan. Ingat, bahwa tanpa melewati padang gurun, bangsa Israel tidak akan menjadi bangsa yang kuat dan tangguh. Di padang gurun inilah bangsa Israel juga dilatih untuk memiliki kerendahan hati dan belajar bergantung kepada Tuhan sepenuhnya.